Hallo hai hai teman, apa kabarnya?
Semoga kita diberikan kesehatan dan limpahan rahmat
kasih sayang oleh Allah SWT. Aamiin, dan juga selalu penuh semangat dan menjadi
luarbiasa dalam menjalani kehidupan, atssehh hehe
Gue mau berbagi sebuah cerita nih sama teman-teman
semuanya, ini sebenernya cuma cerita biasa tentang dua orang sahabat yang
saling berbeda pendapat dalam memaknai pola
“resah, galau dan gelisah” atau rasa dengan kondisi yang sama lainya,
gue sebagai sudut pandang orang ketiga, pengen tau juga bagaimana kebenaranya,
bukan untuk mengetahui siapa yang salah dan menarik nama untuk menjadi seorang
pemenang, bukan itu point pentingnya. Gue cuma pengen tau aja, bagamana sikap
kita seharusnya bila dikondisikan dalam keadaan yang mereka perandaikan,
Oke langsung aja kali ya,
Dari pada gue makin gak jelas,
Ntar malah jadi lupa terus kebahas yang lain jadinya
hahaha
Ini dia ceritanya,
***
A :
Udah di kosan kamu?
B :
Udah ni..
A :
Capek ya pasti?
B :
Enggak juga sih, kamu sibuk sama kegiatan apa sekarang?
A :
Uwooo kereen,
Sibuk dengan keresahan
aja nih haha
Kamu sibuk apa?
Ngajar?
B :
Jelek banget kesibukanya..
Tiap hari ngeratapin
nasib, gitu?
A :
Memang gitu, tp gak ngeratap juga, lagi resah-resahnya ini hehe
B :
Hmmmm...
A : iya,
kita kan tumbuh dalam resah hehe
B :
Maksudnya?
A :
Maksudnya ya gitu, kita tumbuh dalam resah,
coba aja hidup tanpa
resah kayaknya hambar deh?
B :
*ngasih muka aneh, tanpa dialog
A : Ah
gitu aja nih responnya?
B :
Jika menurut pandangan kamu gitu, what can i say?
A : Jadi
dari sudut pandang kamu gimana?
B :
Haha entahlah..
A : Ah
gitu deh kamu...
B : Gak
punya landasan benar atau salah atas pendapatnya
A :
Haha
Ya udah deh, tapi bener
loh kita tumbuh dalam gelisah
*di umpan lagi karna
rasa penasaran sama pendapat sahabatnya
B :
Saya lebih suka posisi nol dari pada gelisah
Gelisah lebih
menghadirkan setan daripada tuhan. Sekian.
Bukan soal benar atau
salah, hanya tentang keutamaanya aja,
A :
Tapi bukanya dalam gelisah adanya tulus doa dalam meminta, apapun itu?
B : Bukankah
dalam al-Quran sering di ulang-ulang,
bagi orang yang ada
iman di dalam dadanya,
dia tiada gelisah
maupun bersedih hati..
mungkin lebih tepatnya
kita berdoa bukan karna gelisah,
tapi karna kita punya
iman kepada Allah..
A : Kalau
seperti ini, dalam suatu posisi yg sulit,
kamu di tuntut untuk
melakukan sesuatu yg terbaik,
namu kamu merasa kurang
yakin melakukanya,
disana ada rasa resah, gelisah,
dalam gelisah ini kamu
berdoa dan berupaya menjadi lebih baik,
lalu ternyata kamu
melakukanya sesuai permintaan,
jadilah sesuatu yang baik,
seperti itu cara tumbuh
dalam gelisah,
orang yg tidak beriman
sepertinya dia tidak akan berdoa dalam gelisah?
B : Berarti dia berdoa karna iman kan?
A : Iya
dong.
B : Jika
maksud kamu,
karena adanya gelisah
yang meguatkan iman kita
agar selalu mengingat
Allah..
Berarti sayang sekali
ya..
Kegelisahan yang bikin
kita dekat sama Allah..
padahal pas kita nggak
gelisah pun Allah juga tetap ada
ngasih rahmatNya...
A : Kalau kita ngeliata dari satu sisi,
maka jadi begitulah
kesimpulannya.
B : Sisi
mana yang saya gak faham nih kayanya?
A : Uumm
jadi seperti sekarang ini,
kamu mengartikan
pendapat saya, karna adanya gelisah yang menguatkan iman,
lalu kamu bilang sayang
sekali,
karna dalam keadaan
tidak gelisah kita juga di rahmati Allah kan?,
lalu coba kamu menjadi
saya,
apakah pernyataan kamu
bisa saya benarkan?
sedangkang saya bisa
menjawab kalau rasa gelisah
hanyalah salah satu cara
tuhan menguji imam?
B : Di awal saya gak mau berkomentar, karna gak tau benar
dan salahnya..
Hanya berpegang pada :
jika kita pcaya pada Allah kita gak perlu gelisah..
Ini yang saya tkutkan..
debat dalam hal yang gak
mugkin bisa megubah pandangan orang yang berbeda.
A : Bener
loh itu yang kamu bilang,
tapi saya sebagai
manusia yang masih kikuk,
masih punya rasa gelisah
di berbagai kondisi,
makanya saya bilang kita
tumbuh dalam gelisah,
kita memang bisa
menjelasakan dan mengkondisikan
supaya tetap tenang,
tapi gelisah itu selalu
bekerja,
muncul pertanyaan kepada
diri sendiri,
"lalu mengapa masih
ada gelisah sedangkan aku punya Allah?"
timbullah jawaban dalam
hati,
mengapa kegelisahan
membuatku mempertanyakan tentang
keimanan, kalau
bukan untuk menjadi salah satu jalan meguji keimananku?
Mungkin pandangan saya
tidak begitu benar,
tapi mungkin juga tidak
sepenuhnya salah.
B :
Gelisah itu buruk kan ya?
Kita ibaratkan minus
gimana?
Minus itu kalo di tulis
didalam kurva berarti dibawah garis kan nilainya?
Kalo di ibaratkan garis
itu iman?
Jadi kamu kan tetap mencari
posisi nol agar bisa mminta..
Kalo kita berdoa berat
ke minus..
berarti kita bukan lagi
doa kan ya? tapi lagi berprasangka buruk sama Qada.
jadi kita berdoa
seringnya pasti pas kita sudah Lebih tenang..
Gelisah karna apa kah?
Yakin gelisah itu bukan
karna prasangka atas ketidak bruntungan
kita dalam suatu hal?
Saya belum sepnuhnya
paham apa yang kamu mksud..
Gelisah ingin jadi yang
terbaik yang gimana kah?
Jika gelisahnya tanpa
alasan kah?
A : Gelisah
gak bisa loh di ibaratkan minus,
gelisah adalah posisi
dimana segala kemungkinan bisa terjdi,
jadi kalau kita
menggambarkanya,
gelisah itu adalah satu
titik,
dan kita bisa menarik
garis kemana saja,
nah dengan iman kita
bisa memilih menarik garis ke arah mana
seharusnya, gitu..
jadi misal ada dua
pilihan A atau B, saya bingung milih yang mana,
nah itu lo waktu dimana
saya lagi resah atau gelisah atau galau,
mau milih yang mana yaa
bagusnya?, gituu
B :
Um..klo mnurut kmu begtu ya ..
gelisah itu cuma penghambat
pertumbuhan mnurut saya...
'Bfikir' lah yang bkin
kita mepertanyakan keimanan kita..
A :
resah, gelisah, galau atau masih ada perandaian lainnya yg sama,
itu menurut saya adalah
satu titik dimana kita harus menentukan harus menarik garis
ke arah mana,
jadi gelisah, resah,
galau itu gak bisa di bilang minus, menurut saya gitu sih.
B : Suatu
kondisi kan gak seharusnya menghadirkan gelisah?
Jika dikasi pilihan yang
dibtuhkan kebijaksanaan,
gelisah bukan bagian dari
hasil kondisi..
kamu yang memutuskan
untuk memunculkan gelisah..
padahal dia bisa
dihilangkan.
Kamu bisa ngegantinya dengan
cara lain kan?
Gelisah cuma bagian dari
ketakutan dan praduga,
kita seandainya kita melakukan
hal yang tidak patut
Bagi saya itu tetap
minuss.
A : terus
gini, kamu bilang menggantinya dengan cara lain?
lalu kita sebut dg apa
kondisi gelisah, resah dan galau itu?
B : Mugnkin
bisa disbut beprasangka buruk dengan ketetapan Allah?
Galau itu karna sesuatu
kondisi yang tak berjalan dengan harapan kita kan ya?
Berarti kita gak yakin sama
jalan yang telah dtetapkan Allah dong.
A : kok
bisa disebut gitu?
aku ulang perandaian
tadi ya,
“jadi misal ada dua
pilihan A atau B saya bingung milih yang mana,
nah itu lo waktu dimana
saya lg resah dan gelisah mau milih yg mana yaa,
gituu”
apakah se berdosa itu??
B : Ga
bilang berdosa kan..
Cuma bilang itu minus..
karna Allah udah
nyediain clue kan..
Kalo untuk mmlih.. Dan
bingung, bingung beda kan dari gelisah?
Kalo bingung kan disruh
shalat istikharah buat milih..
Kalo gelisah ga nyaman
dan mbuat kita berandai-andai kan?
Kalo kita begtu,
jatuhnya kan jadi berprasangka,
gelisah kan tanda ketidaknyamanan
hati
Ga tau ah, kamu selalu
menang berargumen kok.
Tapi yang saya baca
gelisah itu tidak baik..
sayang sekali harus
dihadirkan dlm hidup.
A : Tapii,
kalau gak yakin dengan ketetapan Allah itu dosa loh
kamu bilang gelisah,
resah dan galau itu bisa disebut begitu,
gak yakin sama ketetapan
Allah?
B : Jika
pernyataan saya bertolak belakang sama kamu nya mohon di abaikan ya.
A :
hihihi
B : Jadi
menurut kamu gelisah itu semacam apa?
Definisiny kaya apa?
A : Kan
udah dijelasin tadi, pasti kamu gak baca banget ya kaan?
B : saya
cuma udah kapok menganalisi segala sesuatu secara berlebihan,
tapi bertindak
memperbaiki terlalu sedikit.
A : Jadi
maksudnya ituu,
saya cuma pengen
menyampaikan pendapat saya ke kamu kalau gelisah,
resah dan galau
atau kalau masih ada lg perandaian lain yang kondisinya sama,
itu gak sesempit itu lo
pengertiannya..
B :
Gelisah itu bisa dhilangkan harusnya..
Klo kita dihadapkan pada
pilihan pasti Allah bemaksud baik agar kita
bertindak bijaksana..
Jika kita menunggu
sesuatu agar tak gelisah obatnya adalah sabar
Jika dihadapkan perkara
lain juga apa mesti sellu gelisah? Galau?
Ujung-ujungnya kecewa
sama ketetapan Allah pasti.
Udah kecewa baru sadar
dan lari ke Allah gitu..? How poor you are?
A : Nah
itu loh, garis yang saya bilang tadi, garis yang akan kita tarik dari satu
titik tadi,
sebijaksana apa kita
memutuskan untuk menariknya ke arah mana?
itu proses setelahnya
loh,
B :
Makanya di Al-Quran dibilang berkali-kali
orang yang beriman tiada
gelisah dan bersedih hati..
Jadi kalo kita gelisah yang
dipertanyakan,
mugkin sebrapa besar kedekatan
kita sama Allah..
Bukan tumbuh bersama
gelisah..
Gelisah ga bisa
dijadikan titik yg bisa ditarik untuk dibawa k positif dan negatif,
menurut saya.
A : orang
yg gelisah, galau, resah itu belum sampai lo di titik kecewa,
apalagi kecewa dengan
ketetapan Allah, berdosa kan itu,
B :
Gelisah itu mugkin bukti kalo kita tidak menyertakan Allah atas segala Qada.
oke oke..
Klo bagi kamu begitu ya
maaf ya atas argumen saya..
Dan tidak sepaham sama pernyataan
kamu.
A : Jadi
maksudnya kamu, orang yang tidak berjalan sesuai keinginanya,
saat itu mereka gelisah,
galau, resah gitu kan?
itu bukan gelisah,
resah, galau lagi lo namanya tapi lebih tepatnya kecewa.
gelisah, resah dan galau
menurut saya prosesnya jauh sebelum kecewa terjadi
dan bisa juga setelah
kecewa terjadi tapi beda lagi pemahamannya,
dengan kebijaksanaan,
iman dan rasa positif lainya itu,
bisa menuntun kita
memilih jalan yang benar, agar tidak kecewa.
gak sesempit itu loh
pengertianya,
B : Jika
mnurut kamu tumbuh bersama gelisah itu terdengar baik?
Saya faham pilihan
kamunya,
Cuma pandangan saya mugkin
gak melihat itu sebagai suatu kebaikan.
tapi kita sepakat buat menghargai
pandangn masing-masing kan?
A : Hmm,
terus kita sebut apa kondisi resah, gelisah dan galau itu seharusnya?
B : Jawaban
saya tetap sama..
itu cuma kondisi yang dibikin
mnusia utuk mengasihani dirinya sendiri
menyatakan ketidakberdayaan
memutuskan sikap sndiri..
larut dalam hal yang udah
ada jawabannya sama Allah..
Sudahlah, saya sudah
mgakui selalu kalah jika beradu argumen,
walau kamu nanya pendapat
saya,
kamunya pasti berteguh sama
pendapat kamu juga kan?
Selalu bgtu deh kita,
A : Gak
sesempit itu kok pengertianya
prosesnya jauh sebelum
itu,
apakah kamu gak pernah
bingung dalam mengambil keputusan?
Oh yaa,
kayak kemaren itu loh
sebelum kamu memutuskan untuk keluar dari pekerjaan,
itu perasaan apa
namanya? kondisi apa namanya?
sebelum kamu memutuskan
untuk resign itu?
B :
Bingung beda denga gelisah kan..
Gelisah itu bfikir berkepanjangan..
Saya juga sering merasakan
gelisah..
Karna pernah merasakan
makanya,
mengambil kesmpulan
gelisah dan bingung itu beda,
A :
Tapii, bukankah itu hanya sebuah kata ganti?
lalu kondisinya tetap
sama?
Galau itu bingung,
gelisah juga bingung, resah juga karena bingung?
Hmm.. yang saya lihat
perbedaanya adalah,
kamu bisa menerima kata
"bingung" dengan baik secara utuh,
dan tidak bisa menerima,
atau sedikit negatif terhadap
kata "gelisah, resah dan galau”
B : Bingung
mengantarkan kita utuk memilih buat gelisah atau bertanya pada Allah.
A : Makanya
tadi beberapa kali saya bilang, dan kata ganti lainnya yg kondisinya sama
B : Oke
saya kalah.. Lakukanlah yang mnurut kamu benar.
A : tapii,
inget ya gak sesempit itu loh pengertianya..
coba deh kami share ke
orang-orang,
apakah saya memang
salah?
udah larut aja nih,
makasih ya udah mau
ngeladenin ocehan saya hehe
B :
Saya tetap gak sepaham sama kamunya..tapi deh udah stop.
Yuk istrahat
Semoga hidup dalam gelisah
bisa bikin kamu bahagia ya haha
Konbanwa,
Assalamu'alaikum.
A : gak
apa-apa kok,
kamu udah yakin banget
sama pendapat kamu,
saya juga ngerasa bener,
jadi..susah deh hehe
tapii, inget yaa gak
sesempit itu lo pengertianya,
dan selalu ada banyak
kemungkinan,
kita kan gak harus
terpaku juga kan?
kita juga gak bisa
menilai dari satu sisi atau satu sudut pandang aja kan..
*jadi kayak orang bener
aja nih hahaha
okre dah kita
ditutup,
Waalaikumsalam.
***
Huhuhuu, jadi begitulah dialog manis mereka,
Lalu bagaimana menurut kamu teman?
Bagaimana cara kita seharunya dalam menyikapi kondisi
sedemikian?
Boleh dong di share pendapatnya, di ruang komentar di
bawah ini? Hehe
*tapi siapa juga ya, yang mau mampir baca blog ini?
Semoga ada yang nyasar !! hahhaha
Oke deeh, sampai jumpa di tulisan selanjutnya teman,
daaaa !!!
No comments:
Post a Comment